Wednesday, June 14, 2006

“Aliansi Peradaban Dalam Perspektif Islam”

Peradaban (hadlarah) adalah sekumpulan konsep (mafahim) tentang kehidupan. Peradaban bisa berupa peradaban spiritual Ilahiyah (diniyah ilahiyah), atau peradaban buatan manusia (wad’iyyah basyariyah), demikian peradaban menurut H. Budi Mulyana, S.IP. – anggota DPD I Hizbut Tahrir Indonesia Provinsi Jawa Barat – dalam ceramahnya pada acara Seminar Religius Kontemporer dengan Tema “Aliansi Peradaban: Dalam Perspektif Islam” yang diselenggarakan oleh PC Pemuda Persis Cimahi Selatan di Kompleks Mesjid Al Furqan – Pesantren Persis No. 88, Blok Cikendal, Kelurahan Melong, Kecamatan Cimahi Selatan pada Jum’at 9 Juni yang lalu.

Sebelumnya, dalam sambutan kami diuraikan secara singkat latar belakang dari tema pada seminar ini, yakni berangkat dari rencana dibangunnya aliansi antara negara-negara Dunia Islam dengan Rusia, sebagai penyeimbang bagi kekuatan Amerika Serikat di dunia.

Ketua PC Persis Cimahi Selatan – Ust. Oteng Imam Wahyudi-pun memberikan apresiasi positif atas kegiatan ini, sebagaimana yang diutarakannya dalam sambutan yang membuka acara ini yang dimulai pada pukul 13.30 dan berakhir pada pukul 17.30.

Selain Ust. Budi dari DPD I HTI Jabar, pembicara pada seminar ini juga adalah DR. Irfan Syafrudin, MA., dari Dikti PP Persis, dan Ust. Dedi Rahman – salah seorang deklarator Forum Ulama-Ummat (FUU), yang menyatakan bahwa aliansi antar peradaban (kerjasama dengan kelompok non-muslim) untuk kepentingan politik, ekonomi atau pengembangan sains dan teknologi adalah mubah, selama tidak mengganggu aqidah.

Acara yang dimoderatori oleh Ust. Rahmat SS. – Ketua III PD Persis Kota Cimahi ini diikuti oleh lebih dari 100 peserta yang datang dari berbagai tempat dan kalangan, baik mahasiswa/i, para santri, para ibu dan lainnya.

Semoga seminar ini dapat meningkatkan wawasan ummat akan perkembangan dan realitas dunia Islam di tengah dominasi-hegemoni negara-negara Barat, sehingga tumbuh kesadaran ummat Islam akan ancaman dan fitnah yang menerpa Dunia Islam, serta untuk meningkatkan ghirah dakwah dan jihad ummat Islam, sebagaimana yang menjadi tujuan dari penyelenggaraan acara ini. Amin.


Tambahan Tanggapan untuk Gus Dur

Menambahkan tanggapan penghinaan Gus Dur terhadap Kitab Suci al Quran, oleh Arsyad, S.Sos. (Sabili, No. 24 Th. XIII), tentang ayat-ayat Injil mengandung unsur-unsur pornografi.

Dalam buku “The Choice: Dialog Islam-Kristen”, karya Ahmad Deedat (Allahu yarham), beliau menuturkan perdebatannya dengan dua orang penginjil (257-258), dalam kesempatan tersebut beliau meminta salah seorang lawan debatnya untuk membaca Kejadian pasal 19 ayat 30, setelah membaca ayat tersebut, penginjil itu malah “menyeringai tersenyum”. Apa yang penginjil baca? Ternyata isinya tentang hubungan seksual antara ayah dan anak perempuannya, antara ayah dan menantu perempuannya, serta antara kakak dan adik.

Dengan bukti dari penuturan Ahmad Deedat tersebut, masihkah Gus Dur mempertahankan keyakinannya, bahwa ayat-ayat dalam Injil tidak mengandung pornografi?

Dalam hal ini, Ahmad Deedat telah memberikan “senjata” bagi ummat Islam dalam menghadapi para orientalis dan misionaris Kristen, dengan membeberkan berbagai “kejanggalan” dalam Injil. Diantaranya adalah mengenai “tradisi incest” (perzinahan diantara sesama keluarga dekat) dalam genealogi Yesus (299-304), maaf jika beberapa bagian dari Injil berikut ini dirasa kurang pantas untuk saya kutipkan.

1. Perzinahan dalam “Kitab Tuhan”, antara seorang ayah dengan anak perempuannya

“Pada malam itu mereka (kedua anak perempuan Lot) memberi ayah mereka (Lot) minum anggur, lalu anak perempuan yang lebih tua berhubungan seksual degannya…

Keesokan harinya berkatalah sang kakak kepada adiknya: “Tadi malam aku telah tidur dengan ayah; sebaiknya malam ini kita beri dia minum anggur lagi; masuklah engkau untuk tidur dengan dia, sehingga masing-masing kita akan mempunyai anak dari ayah kita.”

Demikianlah pada malam itu juga mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu anak perempuan yang lebih muda berhubungan seksual juga dengan ayahnya; …

Dengan cara ini mengandung kedua anak Lot itu dari ayah mereka.” (Kitab Kejadian 19 : 33-36)

2. Perzinaan antara ibu dengan anak laki-lakinya

“Ruben (anak laki-laki tertua Yakub), pada saat ayahnya tidak ada, berhubungan seksual dengan Bilhah, gundik ayahnya… (Kitab Kejadian 35 : 22)

3. Perzinaan antara mertua dan menantu perempuannya

“Ketika Yehuda melihat (Tamar, menantu perempuannya), disangka dia seorang perempuan sundal, karena ia menutupi mukanya.

Lalu berpalinglah Yehuda mendapatkan perempuannya di tepi jalan itu seraya berkata” “Marilah berapa bayaranmu,” (ia tidak tahu bahwa perempuan itu menantunya)

Perempuan itu bertanya: “Apakah yang akan kau berikan kepadaku?” (untuk berhubungan seks dengan saya)

Jawabnya: “Aku akan mengirimkan kepadamu seekor anak kambing dari anak kambing dombaku.”

Perempuan itu berkata: “Asal engkau memberikan tanggungannya, sampai engkau mengirimkannya kepadaku.”

“…Lalu diberikannyalah semua itu kepadanya, lalu ia berhubungan seks dengannya, dan karenanya perempuan itu mengandung”. (Kitab Kejadian 38 : 15-18)

4. Perkosaan oleh kakak laki-laki terhadap adik perempuannya

“…dan berkata kepadanya (Tamar, adiknya), “Marilah tidur (berhubungan seks) denganku, adikku.”

“Tetapi gadis itu berkata kepadanya, “Tidak kakakku (Amnon, salah seorang anak laki-laki Daud), jangan perkosa aku…”

“Tetapi Amnon tidak mau mendengarkan perkataannya, dan karena ia lebih kuat darinya, diperkosalah dia (adiknya), lalu tidur dengan dia.” (Kitab-kitab Samuel 13 : 10-14)

5. Perzinaan secara terbuka

“Maka dibentangkanlah kemah bagi Absalom (anak laki-laki Raja Daud) di atas Sotoh, lalu Absalom melakukan hubungan seksual dengan gundik-gundik ayahnya di depan mata seluruh Israel.” (KItab-kitab Samuel 12 : 11-12)

6. Orang Israel: Pelacur yang tidak pernah puas

a. “Engkau bersundal juga dengan orang Asyur, oleh karena engkau (orang Israel) belum merasa puas; ya engkau bersundal dengan mereka, tetapi masih belum merasa puas.” (Yehezkiel 16 : 28)

b. Pelacuran oleh dua orang perempuan kakak beradik Ohala dan Oholiba

“…Ia berahi kepada kawan-kawannya bersundal yang auratnya seperti aurat keledai dan zakarnya seperti zakar kuda.” (Yehezkiel 23 : 1-49)

c. “…Sebab roh perzinaan menyesatkan mereka (bangsa Yahudi) dan mereka berzina meninggalkan anak mereka.” (Hosea 4 : 12, 6 : 10 dan 9 : 1)

H. Montgomary Hyde dalam A History of Pornography, menyatakan bahwa “Perkataan pornografi berasal dari kata Yunani Kuno pornographos yang menurut arti aslinya ialah tulisan-tulisan tentang pelacur, maka dalam arti asalnya kata tersebut berarti tulisan tentang kehidupan, kelakuan dan kebiasaan para pelacur serta pelanggannya.” Dalam Oxford English Dictionary, Pornografi adalah, “Pernyataan atau saran mengenai hal-hal mesum atau kurang sopan di dalam sastra atau seni.” (M Abdurrahman, Risalah No. 12 Th. 43 Maret 2006).

Dengan demikian, merujuk pada dua pengertian pornografi di atas, baik pengertian literal asal pornografi dalam bahasa Yunani Kuno, maupun pengertian pornografi yang berkembang kemudian, jelas-jelas ayat-ayat dalam Injil yang saya kutipkan di atas memenuhi kriteria pornografi, sedangkan ayat-ayat dalam al Quran, misalnya tentang kasih sayang ibu menyusui anaknya yang diuraikan dengan ungkapan yang jelas dan lugas, dengan gaya bahasa yang indah, dan jauh dari vulgar, tentu saja jauh panggang dari api jika harus dikatakan porno seperti yang dituduhkan Gus Dur.